Penyanyi ini kerap tampil di ajang bergengsi luar negeri dengan membawa nama Indonesia. Di antaranya menjuarai kompetisi New Wave serta pernah sepentas dengan penyanyi kaliber dunia Diane Warren di Los Angeles, AS.
Saat ditanyai apa capaian terbesarnya, Sandhy Sondoro tidak menyebut kedua prestasi tersebut. Tapi justru, memberikan jawaban sederhana.
“Dipeluk oleh orang kulit hitam setelah tampil, sebagai bukti mereka senang dengan musik saya,” ujarnya saat ditemui di sela-sela rilis album terbarunya bertajuk Sandhy Sondoro, di Jakarta.
Peristiwa itu menjadi penting bagi pria yang bermukim di Jerman ini, karena sesuai dengan misinya dalam bermusik, yakni untuk cita-cita perdamaian.
Dalam album yang baru saja dirilis, Sandhy juga menuangkan gagasan yang ia sebut satu cinta untuk semua, yang diharapkan bisa mencairkan konfl ik dan diskriminasi.
“Album ini juga melalui sebuah perjuangan panjang bagi saya, yang dulu beranjak dari bawah, tampil di trotoar, jalanan Berlin, lalu ikut kompetisi dan festival luar negeri,” ujarnya berkisah.
Agaknya berbagai pengalaman itu membuat pelantun hit Malam Biru (kasihku) itu menjadi lebih optimistis.
Foto diambil dari sini |
Sempat jatuh bangun dan bergerak sendiri, tidak membuatnya surut. Khusus untuk tema perdamaian, dia menulis satu lagu yang ia beri judul In the Name of Peace.
“Jika ditanya, apa arti musik bagi saya, sangat besar, dia seperti sudah jadi bagian dalam diri saya, dari sejak masih kecil, dan sekarang saya ingin dia bisa menjadi satu medium untuk perdamaian,” ungkapnya lugas.
Perjalanan yang panjang tak dipungkiri Sandhy membuatnya lama bisa memberikan suguhan khusus buat publik Indonesia.
Dan baru pada album kali ini, dia menyelipkan dua lagu berbahasa Indonesia, yang ditempatkan di track pembuka, yakni Bunga Mimpi dan Salamanja.
“Bagaimanapun, saya ingin berbuat sesuatu untuk tanah kelahiran saya, kalau dulu setiap kali manggung di luar, saya juga mengenalkan Indonesia ke pihak luar, kali ini, ada lagu berbahasa Indonesia,” ujarnya sumringah.
Sebelumnya, Sandhy sudah merilis album di Jerman dan masuk dalam album kompilasi Jazz in the City with Sandhy Sondoro. Lagu yang diusungnya tidak hanya bermuatan cinta, tapi juga tema universal tentang kehidupan.
“Jika ada yang melihat saya dalam posisi sekarang, mestinya juga melihat bagaimana dulu saya bermain musik di jalanan, dalam suhu yang sangat dingin demi mendapatkan uang.” Ia mengaku masih akan terus berbuat sesuatu yang lebih baik di masa mendatang.
Tahun depan, sedikit memberi bocoran, Sandhy mengaku bersiap berkolaborasi dengan Diane Warren untuk menyelesaikan sebuah album. Yang dipastikan akan menjadi langkahnya untuk publik internasional.
rai/L-4
Wah, keren... rupanya visinya dalam musik dan perdamaian perlu ditiru nih... Salut buat Om Sandy Sondoro, kita ngefans banget nih jadinya... hehe...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar